Luba Laya, Kekayaan Tradisional Dayak Lundayeh di Kalimantan Utara

 KrayanNews --Sebagai sebuah suku yang kaya akan sumber daya alam, masyarakat Suku Dayak Lundayeh sangat dipengaruhi oleh bahan-bahan dari hutan dalam pengolahan makanan mereka. Hal ini menyebabkan makanan tradisional khas Dayak Lundayeh jarang ditemui di kota karena bahan-bahannya yang unik dan berbeda. Makanan khas ini biasanya hanya ditemui atau dijual kepada orang-orang dari suku Dayak Lundayeh saja. 
Gambar: Bungkus Luba Laya pada saat acara-acara besar.
Sumber Foto: Tim Krayan News 
Meskipun makanan khas Suku Dayak Lundayeh mungkin tidak terlalu beragam karena sangat tergantung pada ketersediaan bahan makanan di sekitar hutan, namun dengan adanya peralatan masak modern, variasi masakan Dayak Lundayeh semakin meningkat.

Salah satu contohnya adalah masakan tradisional Dayak yang masih menggunakan bahan-bahan tradisional, seperti Luba Laya. Kelompok besar Dayak Lundayeh terdiri dari Sub suku Lengilo’, Lun Baa’a, Tana Lun, dan Sa’ben, serta Punan. Nasi atau Luba Laya merupakan hidangan khas dari suku Dayak Lundayeh di Krayan, Kalimantan Utara. 

Dimana pun orang Dayak Lundayeh berada, pasti di rumahnya akan menghidangkan Luba Laya. Luba Laya, atau yang dikenal sebagai nasi lembek, telah menjadi bagian dari tradisi nenek moyang Dayak Lundayeh, tanpa jelas kapan pertama kali diperkenalkan. Hidangan khas ini tidak hanya menjadi warisan budaya, tetapi juga identitas lokal yang sangat berharga.

Keunikan dan Proses Pembuatan Luba Laya

Gambar: Tradisi memasak Luba Laya bersama-sama yang di lakukan Dayak Lundayeh, Sub Lengilo' di dataran tinggi Krayan.
Foto: Tim KrayanNews.com
Meskipun mirip dengan lontong pada pandangan pertama, Luba Laya memiliki perbedaan dalam kemasan persegi dan tekstur yang lembut. Rasanya lebih gurih karena menggunakan bahan-bahan alami, termasuk garam gunung asli dari daerah Krayan. Sebab, di beberapa daerah dapat di jumpai Garam Gunung atau sumber air garam. 

Proses pembuatan Luba Laya melalui beberapa tahapan yang tidak mudah dilakukan, karena konsistensi air harus pas, tidak terlalu keras atau terlalu lembek, melainkan harus sedang. Dimasak dengan tungku tradisional memberikan cita rasa khas yang tidak bisa ditiru oleh peralatan modern.

Nasi Luba Laya bisa bertahan sepanjang hari jika dimasak dengan takaran dan aturan yang benar. Oleh karena itu, masyarakat Dayak Lundayeh sering membawanya sebagai bekal makan siang ke kebun atau hutan. Ini menunjukkan bagaimana makanan tradisional ini sangat praktis dan sesuai dengan gaya hidup mereka yang dekat dengan alam.

Peran Luba Laya dalam Budaya dan Adat Dayak Lundayeh

Sebagai komunitas yang menghargai nilai-nilai adat dan kearifan lokal, masyarakat Dayak Lundayeh tetap aktif dalam mempromosikan keberagaman produk makanan tradisional mereka. Pada setiap acara, baik dalam lingkup keluarga maupun upacara adat, serta kunjungan tamu dari dalam dan luar negeri, hidangan Luba Laya selalu menjadi salah satu menu utama. 

Sejak usia dini, anak perempuan dalam lingkungan Dayak Lundayeh diajarkan cara memasak dan menyajikan Luba Laya sebagai hidangan sehari-hari, agar kelak saat dewasa, mereka sudah terampil dalam melayani keluarga mereka sendiri.

Remaja perempuan diharuskan belajar cara memasak nasi dengan benar dan memahami proses pengolahan Luba Laya dari masak hingga penyajian. Meskipun mungkin terjadi kesalahan dalam proses tersebut, semangat belajar mereka tetap tinggi. 

Gambar: Luba Laya menjadi ciri khas suku Dayak Lundayeh di Dataran Tinggi Borneo
Selain itu, tokoh adat Dayak Lundayeh memberikan masukan kepada pemerintah setempat untuk mengadakan acara seni budaya yang memperlihatkan kekhasan makanan tradisional Suku Dayak Lundayeh. Hal ini dilakukan agar pengunjung dapat memahami keunikan budaya lokal dan nilai edukatif yang terkandung dalam hidangan khas Suku Dayak Lundayeh bagi mereka yang tertarik dalam warisan budaya suku tersebut.

Pada acara irau rayeh, biasannya ada perlombaan memasak Luba Laya. Pastinya, berhasil dengan sempurna akan mendapat juara.

Luba Laya tidak hanya sekadar makanan, tetapi juga simbol identitas dan warisan budaya yang berharga bagi masyarakat Suku Dayak Lundayeh yang ada di Kalimantan Utara. Dengan menjaga dan mempromosikan hidangan tradisional ini, mereka tidak hanya melestarikan warisan leluhur mereka tetapi juga berbagi kekayaan budaya mereka dengan dunia. Di tengah arus modernisasi, Luba Laya tetap menjadi bukti bahwa tradisi dan inovasi dapat berjalan beriringan, menciptakan harmoni yang indah dalam kehidupan masyarakat Dayak Lundayeh.

***

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url