Krayan : Pesona Alam dan Kemuliaan Manusia Lun Dayeh
Pelangi di atas bumi Ba' Binuang, Krayan. Foto: Asie Mikha. |
KRAYAN NEWS : Krayan adalah sebuah wilayah yang mungkin masih asing bagi sebagian besar orang. Terletak di dataran tinggi Borneo, Krayan memiliki sejarah yang cukup menarik, terutama dalam konteks Konfrontasi dengan Malaysia pada tahun 1960-an.
Pada masa Konfrontasi itu, Krayan menjadi basis tentara terkait PGRS/Paraku dalam peristiwa yang dikenal sebagai "Ganyang Malaysia."
Selama bertahun-tahun, Krayan tetap terisolasi dari dunia luar karena kurangnya akses jalan darat yang memadai. Namun, upaya pembangunan infrastruktur jalan darat telah mengubah situasi ini, membuka wilayah tersebut untuk konektivitas yang lebih baik dengan dunia luar.
Meskipun belum sempurna, jalan darat yang menghubungkan Malinau – Ba' Binuang sekitar 200 km telah membantu mengatasi isolasi yang selama ini dialami oleh Krayan.
Wilayah Krayan terletak di dataran tinggi Borneo dan membentang luas dari hulu Sungai Krayan hingga Sungai Mentarang di Kabupaten Malinau. Keberadaan sungai ini sangat unik karena memiliki banyak giram, membuatnya tidak dapat dilayari seperti sungai-sungai lain di Kalimantan. Hal ini disebabkan oleh aliran air dari ketinggian yang melewati celah-celah di antara gunung-gunung sekitarnya. Giram-giram ini, atau aliran air deras, adalah ciri khas sungai Krayan.
Giram-giram ini menjadi hambatan besar dalam penggunaan sungai sebagai sarana transportasi. Jika musim kemarau, bahkan batu-batu dan cadas bisa muncul di permukaan air, membuatnya sangat sulit untuk dilayari.
Dengan kondisi seperti itu, Krayan menjadi wilayah yang sulit dijangkau dan hanya dapat dicapai dengan berjalan kaki, yang memakan waktu berhari-hari, berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan.
Penduduk asli yang secara turun-temurun menetap di sepanjang aliran Sungai Krayan terdiri dari etnis Lengilo' dan Sa'ben yang menghuni wilayah adat Krayan Tengah dan Krayan Selatan, Tana'lun (Lundayeh), Nen ba' (Belawit dan Puneng Bawan), serta etnis Sa'ban dan Lengilo yang mendiami wilayah adat Krayan Hulu.
Namun, pembangunan jalan lingkar Krayan telah membuka isolasi ini dan membuat wilayah ini lebih dapat diakses. Meskipun demikian, keunikan alamnya tetap memikat.
Krayan memiliki iklim yang dingin dan sejuk karena letaknya di ketinggian, dengan pemandangan pegunungan yang indah dihiasi oleh awan-awan putih. Keberagaman flora dan fauna di dalam hutan-hutannya juga membuatnya menjadi wilayah yang unik dan berharga dari segi biodiversitas.
Kondisi alam yang memukau ini, bersama dengan keaslian penduduk lokal dan interaksi sosial yang terbatas selama bertahun-tahun, menjadi salah satu daya tarik utama Krayan. Terletak di perbatasan Indonesia dengan Malaysia, wilayah ini memiliki potensi besar untuk pembangunan masa depan.
Secara geografis, Krayan mencakup lima kecamatan: Krayan Darat, Krayan Barat, Krayan Tengah, Krayan Timur, dan Krayan Selatan. Wilayah ini juga merupakan cakupan wilayah Kepala Adat Besar yang merupakan bagian dari Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara. Dengan 89 desa yang terbagi dalam 24 lokasi desa, Krayan memiliki keragaman sosial dan budaya yang kaya, yang mencerminkan keberagaman alamnya.
Baca Masyarakat Adat di Wilayah Adat Krayan, Dataran Tinggi Borneo
Dengan pembangunan infrastruktur yang terus berlanjut dan semakin banyaknya orang yang dapat mengunjungi Krayan, wilayah ini dapat menjadi potensi pembangunan ekonomi dan pariwisata yang penting di masa depan.
Keunikan alam dan budaya Krayan adalah harta berharga yang perlu dilestarikan, sambil membuka peluang bagi perkembangan yang berkelanjutan dan kemakmuran bagi masyarakat lokal.
Sungai Krayan, wilayah terluar Indonesia yang berbatasan dengan Malaysia dan Brunei Darussalam, adalah tempat yang memengaruhi kehidupan manusia secara mendalam.
Meskipun garis batas negara memisahkan mereka, adat, budaya, seni, bahasa, dan ikatan antara penduduk Krayan tetap erat dengan saudara di negara tetangga.
|
Pendidikan menjadi prioritas bagi penduduk Krayan. Mereka pindah ke tempat-tempat dengan akses pendidikan yang lebih baik untuk anak-anak mereka. Contohnya adalah Bapak Samuel Tipa Padan, yang pindah beberapa kali demi mendapatkan pendidikan yang baik bagi keluarganya.
Pembangunan infrastruktur, seperti jalan lingkar Krayan, membuka pintu bagi pendatang baru. Wilayah ini tidak lagi dihuni secara eksklusif oleh orang Dayak, tetapi juga oleh pendatang dari berbagai suku dan profesi. Meskipun begitu, penduduk asli tetap mendominasi.
Baca Buduk Udan: Sihir Dan Pesona Alam Di Jantung Borneo
Sungai Krayan adalah contoh bagaimana perubahan zaman dan kebijakan pemerintah dapat memengaruhi kehidupan masyarakat di wilayah terpencil. Meskipun berbatasan dengan negara tetangga, ikatan antara penduduknya tetap kuat, mencerminkan ketahanan budaya dan adaptasi terhadap perubahan.
Penduduk asli yang secara turun-temurun menetap di sepanjang aliran Sungai Krayan terdiri dari etnis Lengilo' dan Sa'ben yang menghuni wilayah adat Krayan Tengah dan Krayan Selatan, Tana'lun (Lundayeh), Nen ba' (Belawit dan Puneng Bawan), serta etnis Sa'ban dan Lengilo yang mendiami wilayah adat Krayan Hulu.
Orang mengenal penduduk Krayan dengan Lun Dayeh. Meski sebenarnya, bisa dipilah-pilah berdasarkan dialek, persebaran, dan tempat tinggal.
Penduduk menggantungkan mata pencaharian utamanya sebagai petani dan peternak, termasuk budidaya kerbau, ayam, dan babi, dengan sumber daya alam yang melimpah dari hasil bumi, air, dan udara.
Produk unggulan yang dihasilkan meliputi berbagai jenis beras Adan, gandum sejenis surgum yang disebut Binamud, berbagai macam sayur-sayuran, dan beragam buah-buahan.
Pada tahun 2016, populasi penduduk Krayan tercatat sekitar 18.556 orang. Mayoritas dari mereka adalah penduduk asli pulau Kalimantan, khususnya Suku Dayak Lundayeh.
Rata-rata jumlah penduduk per desa adalah sekitar 208 orang. Dengan tingkat kepadatan penduduk sekitar 70 orang per kilometer persegi.*)